Jumat, 01 Februari 2013

Sebuah Perbedaan (CERPEN)



   2 tahun mereka saling mengenal, 2 tahun mereka menjalani hubungan ini, 2 tahun pula mereka tidak memandang perbedaan ini.
   Di Hari Minggu yang seharusnya hari hari Liburan ini, Nabilah ternyata masih saja masuk Kuliah..
   “ Hai! “ ujar Nabilah ketika melewati gereja yang biasa dikunjungi Adit.
   “ Hai, Nab! Tumben lewat sini? Baru pulang ya? “ tanya Adit sambil tersenyum simpul kepada Nabilah.
   “ Iya, aku baru pulang Kuliah. “
   “ Ayo, naik! “ ujar Adit sambil menaiki motornya.
   “ Loh, mau kemana emang? “
   “ Aku laper nih, makan yuk.. “
   “ Tapi aku nggak bawa duit! “
   “ Tenang deh, aku yang bayar.. “
   “ Beneran nih? Ya udah aku naik.. “
Dan akhirnya mereka pergi mencari tempat makan..

--------------------------

  “ Nasi gorengnya enak! “ ujar Nabilah.
Ternyata mereka singgah ke Tempat jualan nasi goreng. Ramai sekali.
  “ Kaya nya biasa aja deh, sama kaya nasi goreng yang lainnya, gak ada yang spesial. “ jawab Adit dengan ekspresinya yang biasa aja.
  “ Kamu ini gimana sih? Aneh banget deh.. “
  “ Tapi.. Kok rasanya sekarang beda ya? “
  “ Kok bisa sih? Dit, kamu lagi gak enak badan kali ya? Aneh banget hari ini.. “
  “ Nasi goreng ini rasanya tuh beda, soal nya makannya barengan sama kamu, hehehe.. “ jawab Adit sambil tertawa.
  “ Ahh bisa aja sih, udah deh makan, cepet dihabisin, hahaha.. “
  “ Disuapin nggak nih? “
  “ Hahaha nggak usah, udah punya tangan sendiri-sendiri kan? “
  “ Iya iya terserah deh.. “
  “ Jangan cemberut gitu dong, Dit.. Gak enak banget deh diliat nya.. “
  “ Biarin, hehehe “
Mereka bercanda tawa menikmati kebersamaan mereka, yang entah sampai kapan kebersamaan itu akan terjadi.. Semua itu tergantung kehendak-Nya..

-------------------------

  “ Makasih buat tumpangan pulang sama traktir makanan gratisnya ya, Dit.. “
  “ Sama-sama, Nab.. Aku balik dulu ya, keburu malem.. Dadaaa.. “ Adit melambaikan tangan kepada Nabilah sambil tersenyum simpul kemudian pergi meninggalkan Nabilah.
Ketika Nabilah memasuki pintu rumahnya...
  “ Habis jalan sama Adit, Nab? “ tanya Ayah Nabilah.
  “ I, i, iyaa.. “ jawab Nabilah dengan nada pelan. Nada suaranya merendah, mengingat Ayahnya sudah pernah menegurnya jika keluar dengan Adit.
  “ Pulang jam segini apa kamu udah sholat? “
  “ Udah, yah.. tadi di Masjid deket Kampus.. “
  “ Sudah Ayah bilang berapa kali? Kamu itu gak usah berhubungan lagi dengan Adit! Apa kamu masih pacaran dengan dia? “
  “ Masih, Yah..  
  “ Ayah kan sudah pernah membicarakan hal ini sebelumnya, Nab! Kalian berbeda! Agama kalian tidak sama.. Mending kamu nyari Laki-laki yang se agama! Kamu akan berangkat ke Paris besok untuk meneruskan kuliah mu disana! Lebih baik segera saja putus dan akhiri hubunganmu dengan Adit! “
  “ Terserah  apa kata Ayah! Yang jelas, aku hanya ingin Ayah mempertimbangkan satu hal ini.. Apa cinta itu dilihat dari segi Agama saja, Yah? Tidak! Ayah salah! Memang cara kami ber ibadah berbeda, cara menyembah kami kepada Tuhan mempunyai cara yang berbeda, tempat ibadah kami juga berbeda, tapi Tuhan itu Cuma satu,                                          hanya cara-cara ber ibadah umatnya saja yang berbeda, ya salah satunya berbeda agama!  “ bentak Nabilah sambil pergi ke kamar dan membanting pintu kamarnya. Mungkin Nabilah kesal dengan perkataan Ayahnya tadi..

-----------------------

  “ Kamu ada masalah apa, Nab? Kok daritadi diam aja? “ tanya Adit yang memecah keheningan diantara mereka, di taman Kampus Nabilah.
  “ Apa aku salah, Dit.. Jika aku menyayangi orang yang berbeda agama denganku? Apa aku salah mencintai orang yang berbeda keyakinan denganku? Apa aku salah? “ tanya Nabilah sambil menatap mata Adit dalam dalam.
  “ Kok kamu nanya nya gitu sih, Nab? “ tanya Adit yang tidak mengerti maksud dari perkataan Nabilah.
  “ Ketika aku berdo’a, aku sering menceritakan kita berdua ketika aku beribadah kepada Tuhanku, walaupun kita menyebutnya dengan nama yang berbeda.. Aku ke Masjid, kamu ke Gereja.. Aku berdo’a dengan cara menengadahkan tangan, sedangkan kamu menggenggam tangan.. Aku memegang tasbih, sedangkan kamu memegang salib. Mungkin sebagian orang menganggap ini hal yang bodoh, mereka menertawakan KITA, dua orang yang memiliki perbedaan yang sangat menonjol telah menghabiskan 2 tahun untuk menjalin sebuah hubungan.. Bukan untuk melakukan hal yang tidak baik, tetapi dua orang ini berusaha membuktikan bahwa perbedaan tidak menghalangi yang namanya “Cinta” .. Aku merasa ingin menangis ketika mereka mengatakan bahwa aku bodoh, tetapi itu tidak aku anggap sebagai hal yang bodoh! Dunia yang bodoh, orang-orang itu yang bodoh! Bukan aku, kamu, atau agama! “ ujar Nabilah dengan suara parau. Mungkin Nabilah merasa ingin menangis ketika mengucapkan kata-kata itu.
  “ Tidak! Itu bukan hal bodoh! Aku selalu bertanya kepada Tuhanku, Bolehkah aku sebagai umat-Nya, mencintai Hamba-Nya? Tetapi tuhan belum menjawab itu semua, mungkin Tuhan punya rencana lain untuk membahagia kan dua orang yang saling menyayangi dan saling mencintai, tetapi berbeda agama.. Dan aku yakin itu.. Udah kamu gak usah nangis lagi, hidup ini emang aneh, ada suka dan ada duka nya, kamu jangan nangis lagi yaa.. “ Jawab Adit sambil menghapus air mata Nabilah.
  “ Keyakinan itu bisa datang karena terbiasa dan telah mengerti dan memahami apa yang akan diyakini itu.. Aku gak bisa ninggalin semuanya, termasuk kamu.. Aku akan berangkat ke Paris untuk melanjutkan Kuliah ku disana.. Aku mungkin bakalan kangen sama kamu, Dit.. Tetapi disisi lain, aku gak mau jadi anak yang dianggap melawan orang tuanya.. Meskipun ini berat buat aku.. “ ujar Nabilah yang meneteskan air mata nya lagi.
  “ Aku selalu mencari akal bagaimana cara menyayangi dan mencintaimu tanpa ketahuan Tuhan, tetapi rasanya itu tidak mungkin. Tuhan selalu tahu apa yang kita lakukan. Aku gak akan bisa dengan mudah ngelepas kebahagiaan ku yang udah dikasih sama Tuhan, salah satu nya kamu, Nab! Udah gak usah dilanjutin, ayo pulang.. Langit udah mendung.. “ jawab Adit yang nampaknya juga mulai terbawa suasana, Ya! Air mata Adit disembunyikan oleh Adit agar tidak menambah kesedihan Nabilah. Sepertinya Adit paham sekali dengan apa yang dirasakan Nabilah saat ini..
   Adit segera menggandeng tangan Nabilah dan menuntunnya untuk menaiki motor Adit, Adit akan mengantarkan Nabilah pulang.

--------------------------

    “ Makasih, Dit.. Kamu lebih baik cepetan pulang, langitnya udah mendung.. “ ujar Nabilah
   “ Sama-sama, Nab. Oke aku pulang dulu ya, aku pasti bakalan kangen banget sama kamu.. “ jawab Adit.

  Nabilah hanya memberikan senyum simpul untuk Adit yang telah berbalik arah untuk pulang. Mungkin itu pertemuan Nabilah dan Adit untuk yang terakhir kalinya sebelum Nabilah pergi. Tetapi jika Tuhan menakdirkan mereka berdua untuk bersatu, Mungkin saja mereka akan bersatu. Gak ada yang mustahil di dunia ini, kan?


-Tamat-



Sebuah Perbedaan

“Bolehkah aku sebagai Hamba-Nya, mencintai Umat-Nya?”


-karya : Junita Bulan Valda Asmara




Follow Us twitter : @junitabulan
MAKASIH BANYAK UDAH BACA CERPEN SAYA :D


 

1 komentar: